pupuslah harapanqu

Pupuslah harapanku

“ hati-hati ya nak di jalan. Jangan lupa uang hasil dagang gorengan di sekolah separuhnya untuk kamu jajan. Nih minum dulu susnya” pesan ibu sesaat sebelum ku berangkat ke sekolah sambil menyodorkan segelas susu
“ nda usah bu… aku nda usah jajan, uang hasil jualan ini untuk kebutuhan kita aja sehari-hari, aku sudah bawa bekal kok nasi bungkus yang tadi ku beli di mba Tonah” jawabku sambil membenarkan Koran sebagai penutup gorengan yang berada di tampah ukuran sedang
‘ hmmm… kamu toh ndoe selalu membuat ibu kasian sama kamu, teman-temanmu yang lain seusia kamu lagi asik-asiknya jalan-jalan san sini dan belanja, tapi kamu opo? Bisanya hanya jadi penonton saja”
“ kan teman-temank belanjanya di sini juga bu hehehehe….” Ledekku sambil menaikan tampah dipinggul
“ halah… bias aja kamu” jawab ibu sambil mengeplak kepalaku san senyum yang mengembang. Ibu tahu aku orangnya tak suka disbanding-bandingakn dan ibuku tahu bahwa aku suka dengan kehidupaku yang sekarang walau serba pas-pasan.
“ yowes… aku berangkat dulu. Do’akan ya bu semoga dagangan habis trus ulangan hari ini dapet nilai bagus juga”
“baca bismillah…” pesan ibu
“assalamu’alaikum” setelah pamitan dengan ibu, aku langsung menuju sekolah dengan yang lumayan jauh jaraknya dari rumah kira-kira 100 KM dengan sepeda ontel warisan bapak. Sambil mengendarai sepeda sepeti biasa ku menghibur hati dengan bernyayi lagu kesukaanku “ menunggumu”, “datanglag… kedatanganmu kutunggu tlah lama… telah lamaku menunggu, rasanya lagu ini sangat menrdu dan syahdu jika dinyanyikan oleh Ridho Rhoma sang pujaan hatiku, oh… ridho…oh rhoma….” Gumamku, melihat tingkah anehku aku jadi tertawa geli sendiri.
Sesampainya disekolah, belum aku masuk kedalam kelas teman-temanku langsung menyerbu daganganku dan dalam hitungan menit langsung habis, memang kusadari bahwa gorengan yang dibuat ibuku lebih digemari oleh anak-anak sekolah bahkan aku pernah dapat teguran dari ibu-ibu kantin karena gorengan yang dijualnya tidak selaris punyaku. Seperti biasa dagangan habis seketika“ alhamdulillah habis, tapi tumben koq yang cepet banget habisnya? Inikan belum jam istirahat? Hmmm… ya sudahlah hari ini dapet rizky pagi. Hehehehe….” puji syukurku dalam hati


“anak-anak, hari ini ada pengumuman penting yang akan ibu sampaikan kepada kalian, minggu depan akan diadakan kontes bernyanyi, bagi kalian yang mempunyai bakat bernyanyi dan berminat untuk ikut kontes tersebut silahkan hubungi pak Budi setelah pulang sekolah. “ jelas ibu Faradiba
“kontesnya dimana bu? Seluruh kelas 1,2,dan 3 atau hanya untuk kelas tertentu saja?” Tanya Anita yang memerhatikan dengan seksama
“ tempatnya di gedung Kamboja, kontes ini diperuntukan bagi seluruh sekolahan Negeri sejakarta ini” jawabnya
“bu…. Hadiahnya apa?” Tanya siswa lainnya
“ nah… untuk hadiahnya adalah kalian bisa melanjutkan sekolah stelah lulus dari SMA ke Universitas Indonesia dan diberikan beasiswa selama kalian kuliah disana”
“wah…wah…wah…”suara gemuruh anak-anak mulai terdengar
Aku kurang meperhatikan pengumuman tersebut karena sangat asyiknya menghitung uang hasik jualan tadi yang ku ingat hanya kontes bernyanyi, tetapi Yuni teman sebangkuku sudah mulai loncat-loncat diatas bangku dan tiba-tiba menarik bajuku dengan senyuman yang sangat lebar.
“ asyik… kalau gue ikutan kontes ini terus banyak cowok-cowok cakep yang hadir terus gw bisa kenalan terus gw menang terus gw….”
“ssttt…!!!berisik ah… yang kamu fikirin Cuma cowok, cowok, dan cowok. Mending kalau kamu menang lah kalau nda??? Gimana hayo?” aku tetap sibuk menghitung uang
“ duh… bukan begitu loh Ra. Tapi jadiahnya bo… kuliah di UI trus dibiayain lagi, enak ga tuh?”
“oh… yowes mending kamu fok… hah??!! Opo tadi kamu bilang? Kuliah di UI dan dibiayain? jangan bercanda kamu?” tanyaku kaget
“loh… memang loe ga dengerin dari tadi? Hmm… dasar jawa edan, makanya jangan mikirin dagangan melulu. Kalau mau ikutan kontesnya harus daftar ke Pak Budi sehabis pulang sekolah”
“ ya kalau begiti aku ikut” jawabku dengan nada riang dan harapan yang besar tanpa fikir panjang. Setidaknya aku bisa memberikan informasi yang bagus untuk ibu, aku yakin ibu akan menyetujuinya, jika membayangkan wajah ibu nanti… hihihihi…
Teeeeeeeetttttt…..teeettt….teeeettt….” bel pulang sekolah
“ aku pulang duluan ya Yun” sapaku saat bertemu yuni yang sedang berjalan menuju ruangan pak budi
“ loe udah daftar? Duh… tadi gw kebelet banget mpe ketinggalan begini. Pak budinya masih ada kan?”
“ sudah, iya masih ada ,cepetan sana, aku pulang dulUan ya”
Dengan lambaian tangan ku tinggalkan yuni beserta sekolahan yang bertuluskan SMAN 52 Jakarta tepat dimuka sekolahan, begitu besar hingga setiap orang yang melewatipun akan secara sengaja maupun tidak sengaja melihatnya. Jadi teringat kembali penguman kontes bernyayi itu yang kuincar bukan bernyanyinya melainkan hadiah yang nanti didapat jika menang “ supaya kamu jadi orang gedean” kata-kata itu selalu terngiang dikepalaku, apa ini salah satu cara mendapatkan apa yang ibu inginkan? Kalau memang harus berkompetisi, aku akan mngerahkan segalanya untuk mendapatkan hadiah itu jadi ibu tak usah repot-repot mmemikirkan lagi biaya untuk kuliahku nanti.

“BRAK!!! Tin…tin…tin….”
Terdengar suara tabrakan dari seberang jalan, banyak kerumunan orang-orang disana. Akupun menghampiri tempat tersebut dan berusaha melihat dengan jelas siapa yang tertabrak mobil angkot yang sering lalu lalang di jalan ini. Setelah beberapa saat ku amati dengan tubuh yang bergetar dan suara terkunci saat melihat sesosok wanita tua terbaring lemas dan darah tak henti-hentinya keluar dari kepala wanita itu, dadaku sesak melihat ini semua
“IBUUUUUUU………..IBUUUU……….!!! Bu Banguuuuuunnnn…. Bu………!!!!!! Siapa yang nabrak ibu sayaaaa…. Siapaaaaa!!!!!”
Orang-orang kerumunan itu langsung menunjuk tempat kantor polisi, tak ku hiraukan lagi siapa yang menabrak ibuku yang terpenting adalah nyawa ibuku selamat!
“ tolong panggilkan ambulan…. Tolong cepat!!!!” pintaku pada orang-orang yang sedang berdiri
“sedang dalam perjalanan” seorang lelaki memakai baju merah menjawab pertanyaanku
saat itu juga tiba-tiba ada suara ambulans datang, posisiku masih memegang badan ibu dan memeluknya ku tak memperdulikan baju sekolahku yang berlumuran darah ibu. Dengan cepat para petugas ambulans langsung membawaku dan ibuku kerumah sakit. Kulihat wajah ibu sungguh pucat dan lemas, tidak bisa berbicara apa-apa yang kudengar hanya desahan nafasnya yang dibantu dengan oxigen. Tangan ibu tak lepas dari genggamanku air mataku tak henti-hentinya mengalir dengan berjuta harapan dihati, aku tek mau ditinggal ibu sendirian , aku tak mau ditinggal ibu dan aku yakin pasti ibu selamat setelah itu akan ku beritakan rencanaku pasti wajah ibu sangat senang dengan senyum yang mengembang dibibirnya dan mengelus kepalaku dengan lembut, tapi yang kulihat saat ini badan ibu yang lemas dan bibirnya yang membiru, wajahnya pucat pasi baru kali ini aku melihat wajah ibu yang sepucat ini.
Sesampainya di rumah sakit, ibu langsung dibawa ke UGD, beberapa jam kemudian ku lihat seorang dokter lelaki menghampiriku dan berkata

“ kami sudah berusaha semaksimal mungkin, ibumu sudah tenang di sana” jelas sang dokter dengan wajah menunduk lalu meninggalkanku. Ku tak percaya apa yang kudengar tadi, ku terdiam terpaku mendengar perkataan itu.
Dadaku sesak seakan ditiban bom besar yang menghantam tubuhku. Matakuu memerah tak kuasa menahan air mata yang telah jatung dipipiku. Aku langsung berlari kedalam dan melihat tubuh ibuku sedah ditutup oleh kain berwarna putih bercak-bercak dara menempel di kain putih itu. Ku buka dengan perlahan kain putih itu hingga terlihat wajah biru ibu dan darah yang sudah tidak berbekas lagi di kepalanya, ku meningis sejadi-jadinya masih tak mempercayai bahwa ibuku sudah tiada. Aku terus mengelus rambutnya dengan membisikan bahwa sebenarnya aku ingin memberi tahu bahwa aku ingin ikut kontes dengan hadiah kuliah di Universitas ternama dan dibiayakan, ku berkata pada ibu agar ibu tidak usah repot lagi memikirkan biaya kuliahku jika aku menang kontes itu. Tapi kini sudah tak berarti bagiku, semua hancur karena angkot yang menabrak ibu, tujuanku satu yaitu membuat ibu bahagia dan melihat wajah manisnya tersenyum riang gembira mendengar kabar ini. segelas susu tadi pagi baru kusadari adalah susu buatan ibu yang terakhir kalinya dan dagangan hari ini yang laris dengan cepat adalah dagangan terakhir buatan ibu.Pupuslah harapanku ibu karena sebuah angkot yang menabrakmu itu…..

About this blog

blog ini berisikan semua karya sastra
seperti Cerpen, Puisi, Maupun novel...

selamat membaca Di Dunia Sastra